Senin, 03 Oktober 2016

Si Perasa, Pengandai Logika

Dulu, ada yang pernah bilang, "Meninggalkan itu lebih mudah, daripada yang ditinggalkan."
Aku penasaran.

Kali ini aku coba pergi, tak lama ia pergi.  Petualangan baruku, kata mereka.

Rasanya sama berat, ternyata. Perasaan asing tetap hinggap.
Ah, mungkin ya karena aku terlalu perasa.

---

Pagi ini aku duduk dekat jendela di Bandara.
Aku lihat ada sebuah burung besi tinggal landas.

Tiba-tiba hatiku nyeri lagi.
Aku merasa betapa burung-burung besi itu telah mengantar dan membawanya pergi.
Hingga saatnya tiba bertemu lagi. Tidak pernah pasti.
Aku yang perasa ini, ingin menitikkan lagi air mata.
Sedikit saja, masih boleh ya?

---

Aku yang perasa ini melamun.
Terlalu banyak imaji yang kucoba berikan sedikit emosi.
Dalam, jadinya.
Aku menelaah kata-kata pilihannya, pilihanku, dalam bincang kita.

Aku ingat, kala itu setengah terpejam.
Ia membawaku ke 12 tahun lalu
Saat aku menyelesaikan studi dasarku sebagai anak-anak.
Saat itu ia memulai studi pertamanya untuk berkelana menjadi laki-laki dewasa.

Bagaimana ia membaca pikiranku? Si perasa, pengandai-andai logika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar