Selasa, 16 Agustus 2011

L' Mesociano mystical story part. 1


Saya mempunyai beberapa cerita mistis yang nggak biasa. Kenapa nggak biasa? karna anehnya, selalu dialami dengan teman-teman yang sama, teman-teman sekelas saya di SMA, ketika kami berada di suatu tempat untuk liburan atau sekedar jalan-jalan aja. Kalau ditanya apa kami nggak berdoa setiap mau pergi, We did it, walaupun masing-masing aja doanya.

Kejadian-kejadian mistis ini berawal di tahun 2009 tepatnya tanggal 6 January.
Kami sekelas berangkat naik tour bus sewaan untuk pergi ke Pantai Ancol dalam rangka pemotretan buku tahunan. Nothings wrong at first.. kami menikmati perjalanan dan gak lupa foto-foto sebelum berangkat.
Below, one of the shot we had, semoga menjelaskan gimana keadaan bus yang ceria ala anak SMA

Setelah beberapa jam perjalanan, sampailah di salah satu bagian pantai Ancol yang sebelumnya udah di survey sama beberapa anak kelas, Saya sendiri lupa nama pantainya. Cuaca kurang mendukung buat terjadinya photoshoot, gerimis.

Sesaat kemudian, setelah kami semua siap dengan kostum pantai yang menjadi tema foto hari itu, gerimis mulai pulang, sehingga photoshoot bisa dilakukan.

Photoshoot dimulai dengan Individual set, ada yang foto di jembatan, pinggir pantai, bahkan ada yang nekat naik ke karang. Setelah Foto Individual selesai, fotografer mulai meminta kami semua untuk berfoto bersama untuk terakhir kalinya. Semua tampak normal, kecuali Mey yang memang alergi kotor, tangannya gatal-gatal semenjak mainan pasir dengan teman-teman lain. Keadaan Mey tambah mengkhawatirkan, dia bilang sama saya dan Indri kalo dia nggak enak badan.

Akhirnya semua yang harus dilakukan hari itu berakhir, kami semua kembali ke bus dengan sebelumnya berganti pakaian di ruang mandi dan ganti umum.

Sampai di bus, ada beberapa anak yang setuju untuk kembali berjalan-jalan ke Pantai, Saya salah satunya. Saya berniat sekedar beli es krim ke restoran cepat saji terdekat. Berhubung Mey, Saya dan Indri duduk satu baris bertiga dan Mey masih menunjukan tanda-tanda sakit seperti demam, Saya menitipkan Mey kepada Indri dan teman-teman yang stay di bus.

Sekembalinya dari restoran cepat saji, Saya diberitahu untuk segera naik ke bus karna ada keadaan 'gawat' yang terjadi. Saya pun berlari ke arah bus, perasaan Saya tidak begitu nyaman. Kalau-kalau sakit Mey hari itu semakin parah, masalahnya, di dalam bus hanya mengangkut kami sekelas plus seorang supir juga seorang fotografer. Tidak ada guru atau orangtua lain.

Benar saja, seketika sampai di depan pintu bus, Saya mendapati Indri menangis ketakutan sambil memberi tahu kepada Saya soal gelagat aneh Mey.

Tubuh Mey panas, seketika seperti bersuara tangis kemudian tertawa. Kemudian menjadi-jadi bicara nggak jelas. Ini nggak beres.

Rupanya salah satu dari kami, Dhika yang agak mengerti soal dunia yang tidak kasat mata itu telah memahami gelagat aneh Mey itu. Mey kesurupan!

Tubuh Mey ditahan oleh beberapa orang teman agar tidak berontak, Dhika pun melakukan metode yang dianggap bisa membuat 'barang halus' itu memisahkan diri dari raga Mey, yaitu memencet jempolnya. Mey terlihat mengerang dan berontak. Sesaat Ia terlihat membaca ayat-ayat yang panjang, kami pun tidak mengetahui ayat apa itu.

Keadaan bus semakin mencekam, karna teman-teman lain saling berteriak agar jangan melamun atau mengosongkan pikiran. Semua ketakutan, terutama anak perempuan. Ada yang menangis, ada yang komat-kamit berdoa.

Keadaan yang tidak diinginkan pun benar saja terjadi, Sang 'barang halus' kini berpindah ke tubuh Lini, kemudian Puput. Semua semakin ketakutan, karna reaksi Lini yang berteriak sangat kencang dibanding Mey dan Puput. Bisa dipastikan, semua orang di dalam bus ingin cepat-cepat sampai di tujuan dan keluar dari bus tersebut.

Perjalanan yang terasa seabad di bus tersebut akhirnya Saya akhiri dengan mengantarkan Mey ke Rumah Sakit di Bekasi bersama Indri dan Fay.

Singkat cerita, beberapa teman pergi ke paranormal yang merupakan Ayah dari teman kami di SMA untuk mencari penjelasan dari kejadian yang menimpa kami semua. Rupanya, ada kesalahan dari seorang teman kami yang secara tidak sengaja mengambil kerang keramat untuk dibawa pulang sehingga sang penghuni marah dan mengganggu kami.

Benar-benar perjalanan yang mistis dan tidak terlupakan. Sampai-sampai beberapa hari setelah kejadian tersebut masih saja hampir semua dari kami takut untuk berada sendirian di dalam ruangan untuk sekedar ke toilet atau tidur di kamar.

Moral of the Story ; Ketika datang ke suatu tempat yang baru, coba untuk 'permisi' dan jangan 'geratak'