Kamis, 12 Desember 2013

Tinggal Tuhan

Ketika tinggal Kamu, Tuhanku, yang selalu duduk di sini, di dalam hatiku.
Ketika tinggal Kamu, Tuhanku, yang selalu ada di setiap detik perjalananku.
Ketika tiada lagi ciptaan-Mu yang sanggup mendengar ceritaku tanpa prasangka.
Ketika tiada lagi ciptaan-Mu yang sanggup mendengar ceritaku tanpa emosi.

Ketika tiada lagi ciptaan-Mu yang sanggup memahami aku, hamba-Mu yang maha dungu.

Aku ingin memeluk-Mu dengan doa-doa.
Aku ingin mengadu tentang ketidakadilan manusia.
Aku ingin pecah dalam tangisku karena aku tahu, tinggal kamu, Tuhanku, yang selalu ada di sini, di hatiku.

Minggu, 24 November 2013

Thought #777: Setahun

Ketika tetiba semua sudah setahun lamanya.

Hal-hal menakutkan kini menjadi zona nyaman.
Berbagai saat kini menjadi kenangan.

Sudah setahun, lamanya.

Jumat, 11 Oktober 2013

#thought601 Melambat

Suatu ketika aku merasa waktu dan hidupku tidak seiring.  Waktu terus terburu-buru maju, hidupku diam, ia duduk berleha-leha. Orang-orang terus bersorak sorai bangga. Hatiku pegal.

Aku kemudian ikut duduk bersama hidupku, disebelahnya, ia mengajakku bicara.

"kau pernah memintaku pada Tuhan, kan?"

Aku terdiam, berusaha keras mengingat-ingat.
Aku menatap hidupku lama, lama sekali sampai aku sakit kepala.
Kulihat tubuhnya usang, dia mimpiku di masa lalu.
Aku ingat, hidupku adalah semua yang pernah kumintakan pada Tuhan.

"Kenapa kau duduk?"

Aku terlalu malu menjawab pertanyaan hidupku, kubalas dia dengan tanya lainnya.

"Lelah, kau bandingkan terus dengan orang lain"


Minggu, 15 September 2013

#thought478 a Perfect Timing

Mencari waktu yang tepat, yang sempurna.

1.
Waktu itu sore hari, tempat duduk bercengkrama sudah ramai. Ia terpaksa duduk disebelahku, satu-satunya yang masih bisa diisi oleh tubuhya, daripada harus berdiri bersandar ke tembok. Ia dan aku tidak saling kenal, namun ia tersenyum padaku cukup lama. Aku, sebenarnya aku yang ketahuan menatapnya lama. Manis.
Aku sudah memperhatikannya sejak beberapa minggu lalu. Aku ingin tahu namanya. Terlalu lama, akhirnya tak kusadari saat itu berlalu.


2.
Hari itu dia berkumpul dengan teman-temanku. Anggap saja salah seorang temanku tahu, ketertarikanku padanya. Temanku datang untuk bergabung dan menawarkan jadi comblang. Aku malu dan bersikeras menolak. "Aku tahu caraku" ku katakan pada temanku. Temanku menyerah dan berlalu, bersama celah untuk ia mengenalku. Aku lihat dari kejauhan tawa serunya, masih manis.

3.
Malam yang melelahkan, aku menunggu pintu ajaib yang membawaku pulang. Aneh, ada dia di seberangku, menunggu masuk ke pintu yang sama. Kami lelah. Mata-mata kami menyebrang, ada kata basa-basi yang tertahan di ujung lidah. Setidaknya, di ujung lidahku. Kenapa kelu? Bahkan menukik bibir untuk menunjukan keramahanku nampak mustahil. Tidak. Pintu ajaib telah membawa kami menemukan jalan pulang. Tanganku melambai, tapiia sudah berlalu.

Waktu yang tepat.
Pernahkah ia ada? atau... ia selalu ada di sana dan aku selalu melewatkannya.
Sebenarnya....aku tahu kok jawabannya.

Minggu, 07 April 2013

How to Stay Sane?

It's been a while.

Been busy writing propagandas. You know, my job. Oh ya, also adoring man named Jin Ki, actually.

So, this is my first post on 2013. Happy new year! -lol lame- OK maybe I'll start a one-thought-explanation-model for the rest of 2013 (only if I don't change my mind later) which basicaly I took from my daily thought.
Here we start....

***

Thought #561 How to Stay Sane?

Wake up early in the morning with eyes half open accompanied by my Grandma's voice try to drag me to the bathroom.  Then after I finish my simple-grooming, I walk about three minutes to the Trans Jakarta Shelter and waiting about three minutes until the bus come, if I'm lucky enough, or about fifteen until thirty minutes if I'm not (FYI: most of the time, I'm not lucky).  It takes about thirty-five minutes to reach the second shelter, walking across the shelter connector bridge for about three minutes and waiting -again- for the transfer bus to get to my office with about ten minutes journey. And...walking again about five minutes from the last Trans Jakarta's Shelter to my office building.

I'll be at office from 9am to 6pm.
Busy munching snacks while writing report and media monitoring. Doing sweet-mouth chit chat with the media.  Gossiping about K-Pop with colleagues. and so-on. I leave office -with extra thick face- exactly at 6pm or some minutes late.

five minutes of walking again in hurry to the main street, finding an available bus to go straight to campus.  In some conditions, I may took transfer bus or motorbike taxi -typical transportation in Jakarta- to save time but increasing cost.  So I just choose based on my situation.  My journey to the campus will usually take about fourty five minutes, again, if I'm lucky.

I'll be studying straight from 7pm until 9pm at night.

I usually arrived at my GrandMa's house at 9.30pm.  After having dinner -if I'm hungry enough to eat- and clean-up myself, I'll check my homeworks.  I mean all homeworks, both from my office and campus.  The one left undone.  I'll try to finish those in one night if I can, but sometimes I'm just human, I sleptover.


Activities above repeats. Five days in a week. P.S.: Most of the time, I have class to attend in Saturday too.

***
You see, these are not that simple as it may seems.  To deal with nagging clients, hard people, hard tasks, to think extra, to sacrifice your time, to deal with traffic, to keep calm and wise.  Not easy, at all.

Maybe this post seems like my excuse too whine, because I have no chances to whine to anybody.
However, I just really want to know: How to stay sane while the world driving you insane, dazed and confused?